Sekarang eranya 4-tak. Buka-tutup lubang buang akurat diatur oleh
klep. Tidak seperti di mesin 2-tak, buka-tutup lubang bilas dan isap
diatur piston alias seher. Akibatnya volume dan bentuk knalpot sangat
pengaruh di mesin 2 langkah.
Latar belakang itu yang membedakan seting mesin 2-tak dan 4-tak.
Misalnya mesin 2 langkah standar ganti knalpot racing. Bikin lubang
pembuangan lancar. Untuk itu karburator wajib diseting ulang. Ukuran
spuyer harus naik dan setelan udara juga harus diseting lagi.
Berbeda dengan dapur pacu 4-tak yang buka-tutup lubang isap dan buang
diatur oleh klep. Sudah sangat akurat. “Makanya jika mesin masih standar
dan hanya ganti knalpot, tidak perlu menaikan spuyer,” wanti Bobeng
alias Sugiono, tim riset PT Trimentari Niaga.
Bobeng ngomong bukan berdasarkan feeling. Dia menggunakan dynotest untuk
mengukur tenaga. Artinya ngomong yang didukut data dan sedert fakta.
Mesin standar ganti knalpot racing dan menaikan spuyer, hasilnya power
ngedrop.
Begitupun dari tes AFR (Air Fuel Ratio). Mesin standar dan knalpot
racing diikuti ganti spuyer bikin boros bensin. Artinya AFR lebih kaya
bensin dan tidak terbakar tuntas. Ini yang bikin tenaga ngedrop.
BOLEH GANTI SPUYER
Di mesin 4-tak silakan ganti spuyer jika dapur pacu sudah dibore-up. Itu
lantaran volume silinder sudah besar. Permintaan gas sudah gede.
Otomatis pilot dan main-jet naik beberapa step. Begitupun jika kem
dikorek atau sudah ganti racing.
“Boleh diikuti ganti spuyer yang lebih gede. Soalnya kem racing bikin
bukaan klep lebih lama dan masa overlap katup lama juga,” analisis Jap
Sun Kin, bos produsen spuyer Extreme.
Maksud Sun Kin, akibat overlap lama bikin gas bakar banyak terbuang.
Ikut membilas dan terbuang lewat knalpot. “Untuk ngimbanginya suplai gas
bakar diperbesar,” jelas pria bertubuh besar itu